Sabtu, 16 April 2011

Pilihan Yang Indah (Cerpen buat Muslim SMAN 5 Depok)

            Pagi ini rasanya aku malas sekali berangkat ke sekolah. Selain masih mengantuk, badan ku juga masih pegal-pegal sisa pesta ulang tahun Nana semalam. Tadinya, aku mau izin tidak masuk sekolah, tapi Papi melarangku. Yaaah terpaksa hari ini aku harus masuk sekolah dengan tidak sangat niat.
            “Dea, cepatlah kamu berangkat! Nanti telat nak!” ucap Mami agak teriak dari ruang makan. Yak, kalau Mami sudah berucap seperti itu, itu tanda nya aku harus segera berangkat. Sebelum Mami teriak lebih keras lagi.
            “Iya Mam aku berangkat nih.” gerutu sambil mencium tangan Papi dan Mami. Papi hanya tertawa kecil melihat tingkah ku. Papi memang selalu menunjukkan perasaan nya lewat bahasa tubuhnya. Papi jarang mau berbicara panjang dengan Mami, apalagi dengan aku.
            “Pagi pak! Ayo kita berangkat” sapa ku sambil tersenyum ke arah Pak Munir, supir pribadi keluarga ku.
            “Pagi non. Ayo deh naik” jawab nya sambil tersenyum ramah padaku.
           
**********

            Sesampainya ku di sekolah, di depan pintu gerbang SMAN 5 Depok sudah ada Pak Indro yang sedang memperhatikan murid-murid datang. Pak Indro adalah guru yang memang selalu mengawasi pintu gerbang saat murid-murid datang. Wajar saja Pak Indro sudah ada di depan gerbang, ternyata sudah Pukul 06:58 !!!
            “Yampun hampir telat aku!” ucapku agak kaget sambil berlari melewati gerbang. Pak Indro hanya geleng-geleng kepala saja melihat tingkah ku. Pak Indro sudah hafal betul murid-murid nya yang sering telat, termasuk aku -,-
            Akhirnya aku sampai juga di kelas dengan nafas terengah-engah. Aku tak memperdulikan sapaan teman-teman kelas ku. Aku hanya fokus untuk mengatur nafas ku kembali.
            “Telat lagi?” kali ini Annisa teman sebangku ku menyapa ku dengan pertanyaan yang sudah sering aku dengar dari mulutnya. Pagi ini ia tampak cantik dengan jilbab putih yang baru ia beli seminggu yang lalu dan bros silver bergambar kupu-kupu di pundaknya.
            “Iya Nis. Huh capek” jawabku seperlu nya. Aku masih ingin mengatur nafas ku.
            “Makanya bangun tidur tuh jam 5. Biar sekalian solat subuh! Oh iya, nanti istirahat temenin aku ke kelas XII yaa” ucap Annisa. Mata ku langsung berbinar mendengar kata ‘kelas XII’. Hihi maklum laah, aku termasuk AKSKK (Adek Kelas Suka Kakak Kelas).
            “Mau ngapain Nis? Waaw ayo banget aku mah hehe” ucap ku sambil tersenyum kecil.
            Ada deh” jawab Anissa membuat ku semakin penasaran.

**********

            “Yes bel istirahat! Ayo Nis jadi gak ke kelas XII?” tanya ku dengan semangat.
            “Ihh kamu sabar doong Dea ckck” jawab Anis sambil geleng-geleng kepala melihat aku antusias sekali
            Lorong demi lorong kelas XII aku lewati bersama Anissa. Kakak-kakak kelas XII hanya memandang ku heran karena melihat tingkah ku yang aneh. Bagaimana mereka tidak heran, setiap aku bertemu kakak kelas yang cowo aku selalu senyum-senyum sendiri hehehe. Tiba-tiba Annisa berhenti di depan kelas XII IPA 3.
            “Kesini Nis? Ngapain?” Tanya ku heran.
            “Aku mau ketemu sama ka Ica. Itu loh kakak rohis yang waktu itu aku bilang ke kamu” jawab Anissa dengan santai.
            “Hah? Terus mau ngapain?” tanya ku lagi.
            “Assalamualaikum ka Ica” belum sempat ia membalas pertanyaan ku, ia sudah menarik tangan ku menuju tempat Ka Ica duduk.
            “Waalaikumsalam ukhti. Apa kabar? Ada apa nih?”      jawab ka Ica dengan ramah. Tampak sekali ia orang yang penyabar dan penyayang. Wajah nya tampak begitu bersih. Aku kagum dengan nya.
            “Alhamdulillah baik ka. Ini loh temen aku yang waktu itu aku ceritain” ucap nya sambil menunjuk ke arah ku. Aku hanya tersenyum pada ka Ica. Aku bingung harus berkata apa. Aku sendiri pun tak mengerti maksud dari perkataan Anissa.
            “Oh ini toh. Dea ya? Apa kabar?” sapa nya ramah pada ku.
            “Baik ka” jawab ku sambil tersenyum manis pada ka Ica.
            “Gimana gimana? Apa ukhti sudah siap?” tanya Ka ica pada ku.
            “Hah? Siap apaan ka?” jawab ku bingung.
            “Loh bukan nya ukhti mau menggunakan jilbab?”
            “Oh iya ka. Aduh Anissa kamu bilang sama ka Ica? Yampun aku kan malu” jawab ku malu sambil mencubit kecil lengan Anissa.
            “Kenapa harus malu untuk menjadi cantik ukhti?” tanya ka Ica dengan lembut.
            “Iya tuh De! Tuh mending kamu tanya-tanya tentang wanita berjilbab sama ka Ica” ucap Annisa sambil mengedipkan matanya padaku.
            “Ihh Anissa!” ujar ku sambil agak melotot ke arah Annisa.
            “Aduh ka aku bingung mau ngomong apa” lanjut ku sambil malu-malu. Terlihat sekali aku salah tingkah.
            “Yaudah gapapa. Yang penting inget ya ukhti. Lakukan dengan sungguh-sungguh semua niat baik ukhti. Jangan mudah terpengaruh oleh orang lain. Jangan takut untuk menghindari lubang neraka” ucap ka Ica dengan tenang dan lembut.
            Aku berpikir sejenak dan mencoba mengartikan kalimat ‘jangan takut untuk menghindari lubang neraka’ yang di ucapkan ka Ica tadi. Entah kenapa, ucapan ka Ica semakin menguatkan ku untuk menutup aurat ku sesuai yang di anjurkan Islam.
            “Ehm hmm iya ka. Makasih yaa. InsyaAllah. Doain aja yaa ka” jawab ku dengan senyum merekah di wajah ku.
            “Nah bentar lagi bel selesai nih kayanya. Dea, mending kita ke kelas sekarang aja yukk. Ka Ica makasih banyak yaa” ucap Anissa pada ku.
            “Iya loh bentar lagi bel selesai istirahat. Kalian belum pada jajan kan? Hayyo” ucap ka Ica dengan nada bercanda.
            “Oke. Yaudah ka, aku ke kelas yaa. Assalamualaikum” ucap ku pada ka Ica dengan senyum manis sambil menarik lengan Anissa menuju kelas ku.
            “Waalaikumsalam” jawab ka Ica dengan lembut dan tak lupa senyuman manis nya itu.

**********

            Yak akhirnya aku sampai di rumah juga. Huh di luar panas sekali. Membuat ku malas berlama-lama di luar rumah. Segera ku masuk ke dalam kamar ku. Segera ku nyalakan AC hingga 16°. Ku hempaskan badan ku ke kasur. Aku kembali teringat dengan kata-kata ka Ica tadi di sekolah. Apakah aku sudah benar-benar siap? Yak selalu saja pertanyaan itu yang menggelayuti pikiran ku 2 bulan belakangan ini.
            Sekitar 3 bulan yang lalu Annisa bertanya padaku, apakah aku mempunyai niat untuk mengenakan jilbab seperti diri nya dan wanita muslimah lain nya. Tapi aku hanya menjawab “sesegera mungkin” , tapi saat menjawab seperti itu aku belum punya niat sama sekali unutk mengenakan jilbab.
            Kira-kira kejadian 2 bulan yang lalu yang membuat ku berniat untuk mengenakan jilbab. Di siang yang sangat panas aku melihat seorang gadis kecil berjilbab sedang menjajakan makanan di lampu merah dekat rumah ku. Mungkin jika aku menjadi dia aku tak akan tahan karna kepanasan berjualan di jalanan seperti itu, pikir ku. Tapi aku melihat ada yang berbeda dari gadis kecil itu. Saat ku melihatnya, tak nampak raut lelah di wajah nya. Nampaknya ia sudah terbiasa dengan panas terik nya matahari siang. Aku kagum dengan nya.
            Setelah aku melihat gadis kecil itu, aku jadi sering memperhatikan wanita berjilbab lain nya. Dalam keadaan apapun, mereka tampak begitu cantik. Sejak saat itu aku menjadi penasaran dengan segala hal yg berhubungan dengan wanita berjilbab. Aku jadi sering membeli buku-buku islami tentang wanita berjilbab dan membaca nya di rumah.
            Hingga akhirnya aku bilang kepada Annisa, “Nis, aku mau pake jilbab. Tapi apakah aku sudah siap?” . Mendengar aku berbicara seperti itu, Annisa langsung bilang pada ka Ica. Yaa, Annisa memang dekat dengan ka Ica dari ia masih menginjak bangku SMP. Nah pertemuanku dengan ka Ica tadi adalah pertemuan pertama ku dengan ka Ica dan itu semua berkat Annisa.
            Malam ini aku sudah membulatkan tekat ku. Aku yakin ini adalah keputusan terbaik ku. Aku tak ingin menunggu hari-hari selanjutnya untuk meraih pintu surga. Aku tak ingin membuang waktu. Dengan persetujuan Papi, Mami, Annisa dan tentu saja Allah, bismillah aku siap menutup aurat ku J

**********

“Assalamualaikum ukhti” sapa ku ke Annisa yang sedang menyalin catatan kimia milik Sari. Tampak dari raut wajah nya, ia kaget melihat penampilan ku yang sekarang.
            “Waalaikumsalam ukhti. Ini Dea? Subhanallah cantiknyaaa” jawab Annisa dengan mata berbinar-binar melihat ku.
            “Iya ini aku Dea. Makasih loh udah di bilang cantik. Udah dair dulu kok hehe” jawab ku sambil tersenyum dengan candaan sedikit.
            “Ayo sekarang ikut aku” tiba-tiba Annisa menarik tangan ku ke arah lorong kelas XII. Aku tau ia ingin membawa ku kemana.
            Aku hanya mengikuti kemana Annisa menarik ku pergi. Sampai depan kelas XII IPA 3, Annisa berhenti. Ia tampak sudah tak sabar memperlihatkan ku pada seseorang.
            “Assalamualaikum ka Ica. Lihat ka. Ini Dea” sapa Annisa dengan muak sumringah sambil menunjuk-nunjuk aku.
            “Waalaikumsalam. Dea? Alhamdulillah yaaa. Subhanallah cantik sekali ukhti” puji ka Ica sambil tersenyum lebar pada ku.
            “Hehehe gimana ka? Kece gak kece? Hehe” aku menanggapi pujian ka Ica dengan candaan.
            “Huss kamu tuh De! Akhirnya udah gak malu lagi kan jadi cantik? Udah gak takut kan unutk menghindari lubang neraka?” tanya ka Ica.
            “Enggak doong ka hehe” jawab ku yakin.

**********

            Alhamdulillah perubahan ku hari ini mendapat tanggapan positif dari orang-orang sekitar. Bahkan banyak yang memuji ku cantik hehehe. Aku yakin dengan perubahan ku ini aku bisa menjadi lebih baik. Waktu menunjukkan Pukul 21:35 , segera ku sudahi renungan ku hari ini. Segera ku mengambil wudhu, dan aku segera solat isya.
            Aku berharap ini adalah awal dari perubahan diri ku. Aku sudah berjanji pada diri ku sendiri dan Allah agar menjadi wanita muslimah yang lebih baik lagi. Ternyata jalan untuk meraih pintu surga sangatlah indah. Terima kasih ya Allah J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar