Kamis, 04 Agustus 2011

Biarkan Rasa Itu Hadir (1)

14 februari 2010

"Aku gak bisa! Aku belum bisa dan mungkin gak akan bisa!" bentak ku.

Yak, itu bentakkan terakhir ku untuk Joan di malam valentine itu. Saat itu aku memang sedang dekat dengan Joan, tapi aku hanya menganggapnya teman dekat. Banyak teman berkata pada ku "Joan tuh suka sama lo. Kenapa sih lo gak nyadar? Dia udah baik banget sama lo." , ya memang terkadang aku berfikir bahwa Joan suka sama aku hmm tapi setelah aku pikir-pikir kayanya gak mungkin deh. Aku hanya seorang gadis yg tidak terlalu tinggi, rambut terurai panjang, jerawat di pipi, dan berhidung pesek. Mana mungkin seorang Joan yang sangat terkenal di sekolah bisa jatuh hati padaku? Ah itu hanya mimpi bagiku. Aku menganggap kedekatan ku padanya hanya sebatas adik dan kakak. Dia pernah bilang ke aku, dia hanya menganggap ku adik nya. Jadi, atas dasar apa dia menyukai ku?...

15 Februari 2010

Pagi ini terasa ada yang kurang. Biasa nya aku selalu bareng Joan berangkat sekolah maupun pulang sekolah. Tapi pagi ini berbeda, aku berangkat ke sekolah dianter Pak Aeb, tukang ojek langganan mamah. Mungkin setelah penolakan ku semalam, Joan sudah tidak mau berurusan dengan ku lagi.

"Sar, semalem lo di tembak Joan? aaaaa pasti seneng banget ya lo ditembak sama cowo idola satu sekolah." teriakan Mela mengagetkan ku.
"Tau darimana mel? Ah biasa aja kok. Malah gue gak seneng." jawabku sambil cemberut.
"Tau dari Riko tuh. Kenapa gak seneng sih Sar? Jangan bilang lo tolak dia." mata nya langsung bergidik padaku.
"Iya Mel gue nolak Joan." jawab ku dengan muka datar. Aku berusaha tidak menunjukkan ekspresi apapun di hadapan Mela.
"KENAPA SAR? KENAPA?!?" kali ini Mela agak sedikit berteriak.
"Tenang dulu Mel. Gue nolak dia karena........" tak ku lanjutkan kalimat itu. Aku tak sanggup melanjutkan nya.
"karena apa Sar? Karena masa lalu lo itu? Sar, apa dia sekarang masih sayang sama lo? Inget sama lo aja gue rasa enggak! Please Sar, lupain dia! Tolong terima orang lain buat ngobatin luka hati lo itu!" kali ini Mela menatap mata ku dalam-dalam. Kali ini ucapan Mela benar-benar membuat ku sedih, membuat ku kembali mengingat luka itu.
"Mel please, gue lagi gak mau ngebahas itu." tatap ku dalam-dalam padanya.
"Oke oke. Gue ngerti. Tapi gue harap lo bisa move on yaa. Gue sayang sama lo. Gue gak mau lo terus-terusan kaya gini." Aku hanya mengangguk dan memeluk Mela.

24 Februari 2010

Sudah seminggu lebih Joan sama sekali tidak menghubungi ku. Pernah aku sekali bertemu nya di sekolah, namun ia hanya memandang ku sebentar, lalu langsung mengalihkan pandangan nya. Aku tau mengapa Joan bersikap seperti itu padaku. Untuk saat ini aku bisa terima sikap nya padaku. Mungkin Joan terlanjur sakit hati oleh penolakan ku di malam valentine itu.

"Sar, lo di panggil Bu Ana tuh." teriak Riko dari depan kelas.
"Hah? Gue? Emang ada urusan apa ko?" tanyaku kaget.
"Mana gue tau. Samperin aja gih sana." jawab Ricko.
Dengan terburu-buru aku menuju ruang guru. Bekal yang sedang ku makan segera aku tutup dan meletakkan nya di tas. Aku penasaran, tak biasanya Bu Ana memanggil ku ke ruangan nya.
Tok..Tok..Tok..

"Yak masuk."
"Permisi bu. Ibu Memanggil saya?"
"Iya Sarah. Duduk sini."
"Ada apa Bu?"
"Kamu tau Joan kemana?"
"Hah? Aduh saya gak tau Bu. Memang nya kenapa Bu?"
"Joan sudah seminggu ini tidak masuk sekolah. Kamu kan dekat dengan Joan, mungkin kamu tau dia kemana?" aku cukup kaget mendengar Joan tidak masuk seminggu ini. Memang sih, pertemuan terakhir ku dengan Joan saat sehari setelah malam valentine, setelah itu aku tidak melihat nya lagi di sekolah.
"Saya gak tau Joan kemana Bu. Belakangan ini kami lost contact."
"Kan kamu teman dekat nya Joan, bisa tolong ibu untuk mengetahui keberadaan Joan dimana? Dan kenapa Joan tidak masuk sekolah seminggu ini?"
"Hmm baik Bu. Saya akan coba tanya ke teman-teman basket nya Joan dan tanya ke Joan nya langsung." jawabku. Sebenarnya aku pun tak yakin apa aku bisa mendapat informasi tentang Joan.
"Baiklah. Kalau begitu kamu bisa kembali ke kelas sekarang. Terima kasih ya Sarah."
"Iya Bu. Permisi."

Langkah ku begitu berat saat meninggalkan ruang Bu Ana. Aku bingung harus bertanya pada siapa terlebih dahulu. Aku gak dekat dengan teman-teman basket Joan, kenal pun tidak. Aku tak mungkin langsung bertanya pada Joan. Mengingat kejadian malam valentine kemarin, aku jadi sungkan berhubungan dengan nya lagi.

25 Februari 2010

"Mela, lo harus tolongin gue." teriak ku dari depan kelas saat aku baru sampai sekolah.
"Apaan sih Sar? Sabar sabar. Taro tas lo dulu gih sana." tampak nya Mela kaget dengan teriakan ku itu. Aku taruh tas di tempat duduk ku, dan langsung ke tempat duduk Mela.
"Mel, kemarin Bu Ana panggil gue ke ruangan nya. Katanya Joan udah seminggu gak masuk sekolah, dan gue disuruh cari tau kenapa dia gak masuk."
"Terus apa yang perlu gue bantu? Lo tinggal sms dia atau telpon dia, terus tanya deh kenapa dia gak masuk. Gampang kan?"
"Gak segampang itu. Lo tau kan setelah gue tolak valentine kemarin dia jadi menjauh dari gue. Gue takut nanti dia malah makin benci sama gue." jawab ku dengan mimik sedih.
"Sar, gue yakin dia gak akan benci sama lo. Gimana pun dia pernah suka dan sayang sama lo. Gak seharusnya dia benci sama lo." ucap Mela meyakinkan ku.
"Hmm tapi Mel........."
"Gak ada tapi-tapian! Lo mau kan hubungan lo baik lagi sama dia? Ayo ini kesempatan lo untuk memperbaiki hubungan kalian lagi!"
Beberapa menit ku berpikir......
"Oke gue akan coba hubungin dia sendiri." akhirnya kalimat itu keluar dari mulut ku.
"Gitu dooong. Itu baru namanya Sarah."

26 Februari 2010

Selama di sekolah aku gak konsen belajar. Aku ingin segera cepat-cepat bel pulang berbunyi. Jam tangan ku menunjukkan Pukul 13:00 , itu waktu nya bel berbunyi. Aku segera berlari menuju parkiran dan langsung menaiki honda city silver ku. Tak ku hiraukan sapaan teman-teman ku. Dalam pikiran ku, aku harus cepat sampai rumah. Ku kebut mobil ku. Aku seperti orang kesetanan. Aku sudah tak sabar.

"Sarah, kamu kenapa sih? Kalo masuk rumah salam dulu doong." teriak mamah dari ruang tv. Terlihat ia sedang menonton acara kesukaan nya.
"Maaf ma, Sarah buru-buru." jawab ku seadanya. Segera ku menuju kamar.

Waktu menunjukan pukul 14:30 , aku masih menatap handphone yang hampir setengah jam ku pegangi. Aku bimbang, apa aku harus sms Joan? atau aku harus menelepon Joan? Setelah memikirkan dengan penuh pertimbangan akhirnya aku memutuskan untuk sms Joan terlebih dahulu.

To : +6283899005xxx

" Joan, aku dengar dari Bu Ana kamu udah gak masuk sekolah seminggu. Hmm kamu kemana? "

Aku tunggu balasan dari Joan. 1 menit...... 5 menit....... 10 menit....... 30 menit....... 1 jam........
Aku tak yakin Joan akan membalas sms ku. Jam beker yang ku letakkan di meja rias berbunyi, menunjukkan pukul 16:00 , itu waktu nya aku berangkat bimbel. Segera ku letakkan handphone ku di kasur, dan aku segera berlari menuju mobil ku. Mungkin hari ini Joan takkan membalas sms ku. Mungkin Joan hari ini masih tidak ingin berhubungan dengan ku, pikir ku. Segera aku pusatkan perhatian ku pada jalan raya.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar